SEBAGAI kota termahal di dunia, Moskow tak menawarkan konsep kota modern. Ibu kota Rusia itu justru menampilkan sebuah tata kota tua berarsitektur klasik. Saat pesawat mendarat di Bandara Domodedovo, Moskow, bukan hawa dingin yang menyambut saya. Yang ada justru teriknya matahari. Padahal, saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 waktu setempat. Ya, di sana waktu sesore itu masih terang benderang bagaikan pukul 13.00 di Jakarta.
Di Rusia, mentari bekerja dengan jam yang lebih banyak ketimbang rembulan. Sang Pemancar Sinar itu baru balik kandang sekitar pukul 22.00 malam dan akan kembali tebar pesona pada sekitar pukul 4 pagi. Bahkan, ada satu hari di bulan Juni matahari bekerja hampir sepanjang hari. Seharian itu malam hanya datang tak lebih dari satu jam.
Sekelumit kisah pergantian siang dan malam itu yang memperkenalkan saya dengan Moskow, sebuah kota terbesar di Rusia, bahkan yang terbesar di Eropa.
Sebagai ibu kota, kota yang dihiasi Sungai Moskow itu merupakan pusat politik, ekonomi, keagamaan, keuangan, pendidikan, dan transportasi dari negaranya yang dulunya bernama Uni Soviet. Di tanah ini juga banyak bertaburan para ilmuwan dan institusi pendidikan, sebanyak bertebarnya fasilitas-fasilitas olahraga.
Bukan itu saja, Moskow bisa dibilang sebagai ibu kotanya para konglomerat. Di sinilah rumahnya para miliuner. Kota ini bahkan terbilang paling banyak melahirkan orang kaya di dunia. Wajar kalau pada akhir 2007 kota ini didaulat sebagai kota termahal di dunia untuk dua tahun beruntun.
Sayang, sebagai kota termahal Moskow tidak menampilkan bangunan-bangunan modern layaknya kota-kota besar lain seperti Tokyo atau Los Angeles. Di sini justru bertebaran bangunan-bangunan tua peninggalan zaman dulu. Konon, pemerintah setempat memang melarang pemugaran seluruh bangunan cagar budaya yang ada di kota ini.
Biar begitu, bangunan-bangunan tua itu tetap menampilkan pesona. Seperti beberapa yang ada di Lapangan Merah, salah satu lokasi di pusat kota yang sangat populer sebagai salah satu lokasi wisata. Lapangan ini memisahkan Kremlin, sebuah istana kenegaraan tempat tinggal Presiden Rusia, dengan Kitaigorod, pusat perbelanjaan di Moskow.
Aslinya Kremlin dihiasi 18 menara, namun jumlahnya ditingkatkan menjadi 20 pada abad ke-17 silam. Menara Spasskaya menjadi yang tertinggi dan yang paling terkenal. Menara yang dibangun pada 1725 itu bertinggi 71 meter. Istana itu ditutupi tembok yang menggapai area sepanjang 27,5 hektare.
Bukan hanya Kremlin dan Kitai-gorod yang jadi hiasan Lapangan Merah. Di tempat yang dalam bahasa aslinya bernama Krasnaya ploshchad itu juga berdiri sebuah Katedral Saint Basil. Secara tradisional, ini adalah gereja yang mempunyai banyak atap berbentuk kerucut berwarna-warni. Secara tradisional, katedral ini menyimbolkan posisi unik Rusia antara Eropa dan Asia. Selain Saint Basil, ada juga beberapa gereja lain dengan arsitektur yang tak kalah uniknya di area Lapangan Merah ini.
Pesona Moskow bukan saja bertumpu di Lapangan Merah. Masih banyak lokasi lain yang sungguh nikmat dipandang mata seperti Katedral Christ the Saviour. Ini adalah Gereja Ortodok Barat tertinggi di dunia. Gereja ini tak jauh dari Sungai Moskow, beberapa blok di barat Kremlin.
Di wilayah lain ada juga Menara Ostankino yang merupakan pemancar televisi dan radio di sana. Tingginya mencapai 540 meter. Tower yang didesain oleh Nikolai Nikitin ini tercatat sebagai menara nomor tiga tertinggi di dunia setelah Burj Dubai.
Buat Anda yang suka musik, kota ini menawarkan sebuah tempat bernama Moscow International Performance Arts Center yang dibuka pada 2003. Tempat ini juga dikenal dengan nama Moscow International House of Music, sebuah pentas yang biasa memanggungkan musik-musik klasik. Di bangunan ini terdapat organ terbesar di Rusia.
Namun bagi para wisatawan, ke Moskow tak akan lengkap jika tak menyambangi Old Arbat. Ini adalah nama jalan yang paling terkenal buat para turis. Lokasinya terletak di jantung area bohemian yang banyak dihiasi bangunan-bangunan kuno peninggalan abad ke-20.
Banyaknya lokasi wisata di Moskow bukan berarti harus mengeluarkan banyak uang untuk transportasi. Para wisatawan dengan bujet paspasan tak perlu khawatir. Tak perlu naik taksi untuk mengunjungi berbagai lokasi wisata di sini. Di kota ini ada Metro, sebuah sistem transportasi kereta bawah tanah yang menjangkau seluruh sudut kota ini. |