30 April, Saatnya Berburu Barang Bekas di Koninginnedag
Ditulis oleh andri kurniawan | |
Sabtu, 18 Juli 2009 | |
Kota Den Haag, Belanda, terlihat cerah di pagi hari, tapi udara dingin masih terasa menusuk hingga ke tulang sumsum. Seolah tak peduli dengan udara dingin, masyarakat kota itu berbondong-bondong keluar rumah. Mereka menuju ke satu tempat, rommelmarkt atau pasar barang bekas. Pagi itu pasar barang bekas digelar di Winkle Centrum, Ley Weg, Den Haag. Pasar sudah ramai oleh kerumunan orang, tapi belum banyak pedagang yang menggelar barang dagangannya pagi itu. "Saya sengaja datang lebih awal supaya bisa mendapatkan barang bagus," jelas salah seorang pengunjung, Sema (40), seorang warga Belanda berkebangsaan Turkey, di sela-sela keasyikannya memilih-milih barang di salah satu stan. Perlahan matahari mulai menampakkan diri dari peraduannya. Suasana di pasar itu kian ramai dipadati pengunjung. Mereka terlihat berdesak-desakan, seolah-oleh mencari posisi yang tepat dan nyaman agar bisa melihat semua jenis barang yang diperdagangkan dan dapat melakukan tawar-menawar untuk bisa mendapatkan harga termurah. Berbagai macam barang dijual di sini. Ada pakaian, celana, mainan anak-anak, perabotan rumah tangga, barang-barang elektronik, dan lain-lain. Di pasar ini pula masyarakat bisa menemukan barang-barang antik yang masih berfungsi dengan baik. Sudah tradisi Pasar loak ini digelar setiap 30 April untuk memperingati ulang tahun Ratu Belanda (Koninginnedag). Menurut salah seorang warga Belanda, Jacqeuline (50), kegiatan ini sudah menjadi tradisi dan telah ditetapkan sebagai hari libur nasional. Tanggal 30 April merupakan hari kelahiran (almarhumah) Ratu Juliana, ibunda Ratu Beatrix. Pada tanggal ini sejumlah tempat di Kota Belanda membuka pasar barang bekas. Ini juga dijadikan kesempatan bagi masyarakat untuk melelang barang-barang yang tidak terpakai lagi. Sementara itu, bagi sebagian masyarakat lain, ini adalah kesempatan untuk mendapatkan barang dengan harga murah. Jadi, 30 April seperti waktu untuk melakukan simbiosis mutualisme bagi masyarakat Belanda. Tidak heran, bila sehari sebelumnya terlihat banyak tanda garis berbentuk persegi panjang bertuliskan bezet (telah dibooking) di pasar loak tersebut. Mereka yang ingin menggelar barang dagangan memang harus memesan tempat jauh-jauh hari. Banyaknya warga yang ingin berpartisipasi membuat tempat berdagang menjadi terbatas. Pasar loak ini hanya buka hingga pukul 17.00. Barang yang tidak laku terjual pada hari itu biasanya digratiskan. Siapapun boleh mengambil. Kesempatan ini tentu saja tidak dilewatkan masyarakat. Begitu waktu berdagang habis para pengunjung pasar berlomba-lomba mendapatkan barang yang masih layak pakai dan berfungsi dengan baik, seperti televisi, LCD komputer, pakaian, boneka, dan tas. Terlihat sekelompok orang berkerumun di suatu tempat dan silih berganti mengambil sesuatu lalu memasukkannya ke dalam tas mereka. Ternyata mereka sedang memilah-milah barang bekas yang telah ditinggalkan pemiliknya. Ada di antara mereka yang secara sengaja membawa tas berukuran besar untuk memungut sebagian barang bekas yang tidak laku itu. Bahkan, pakaian-pakaian bekas yang telah dibuang ke tempat sampah oleh pemiliknya tak luput dari kerumunan orang. Ada pula yang mengangkut sejumlah barang elektronik, seperti radio, televisi, LCD komputer, telepon bekas, printer, dan lampu neon. Biasanya barang dagangan yang telah ditinggalkan pemiliknya itu akan segera dibersihkan oleh Dinas Kebersihan pemerintah setempat. Jadi, sebelum pasar dibersihkan, orang-orang terlebih dahulu mengambil barang bekas secara gratis. |