Wujud sandwich ini khas, yakni berupa dua lembar roti tawar yang diisi sayuran seperti lettuce, irisan bawang bombai, irisan tomat, daging asap atau tuna, selapis keju, dan olesan mayones. Sandwich yang populer itu biasanya berbentuk segitiga, yang terbentuk dari irisan diagonal roti tawar.
Dalam situs
www.open-sandwich.co.ukdisebutkan, kata sandwich konon awalnya merupakan penganan yang diminta oleh John Montagu, seorang Earl of Sandwich ke-4, yang tinggal di Sandwich, kota bersejarah di sisi tenggara Inggris.
Sekitar tahun 1762, sang Earl meminta dibuatkan daging yang dijepit di antara dua iris roti. Latar belakangnya, dia sebenarnya ingin bisa menyambi makan tanpa berhenti bermain kartu bersama teman-temannya. Sambil main kartu, daging yang dijepit roti itu tinggal dicomot dan digigit. Akhirnya model roti isi demikian disebut sandwich.
Perlakuan serius
Di Jakarta sendiri, dalam bisnis kuliner, sandwich yang sederhana ini diperlakukan serius. Restoran yang mengusung hidangan andalan sandwich pun bermunculan di kota yang serba sibuk ini.
Panini House misalnya. Bagi yang belum mengetahui jenis makanan panini, mungkin mengira restoran itu hanyalah restoran masakan Italia, yang biasanya menyajikan pasta. Padahal, panini adalah sandwich. Orang Italia juga menyebutnya panino.
Panini adalah sandwich yang terdiri dari roti lonjong yang empuk luar dalam lalu diberi irisan daging ayam asap, beef pastrami, atau salmon asap serta keju mozzarella dan irisan tomat.
Kemudian, roti isi itu lalu dipanggang dengan ditekan dalam suatu alat mirip pembuat wafel. Bedanya, setelah dipanggang sekitar lima menit, tercipta guratan-guratan kecoklatan yang apik di permukaan atas-bawah roti. Roti pun menjadi agak gepeng, tidak lagi lonjong menggembung.
Panini itu disajikan bersama salad yang disiram dressing asam menyegarkan. Seporsi panini amat pas di perut perempuan, tak terlalu menyesakkan perut.
”Minuman pendamping panini yang paling pas, ya kopi,” kata Bahrul Hayat, Asisten Manajer Operasional Panini House.
Panini House dapat dijumpai di FX Sudirman, Sudirman City Walk, Setiabudi Building, dan Aerowisata Park Tebet.
Menurut Bahrul Hayat dari Panini House, ekspatriat asal Italia yang mampir puas dengan cita rasa panini di sini. ”Mereka cuma komentar it tastes like home,” tutur Bahrul.
Lain Italia, lain pula Vietnam. Walau merupakan negara Asia, Vietnam mempunyai budaya kuliner sandwich. Rasanya sangat unik karena perpaduan antara kuliner Barat (roti) dan kuliner Timur (isi).
Jika penasaran dengan sandwich ala Vietnam ini, bisa datang ke Cali Deli di Jalan Surabaya, Menteng, Jakarta Pusat. Di kafe bernuansa tropis, dengan banyak pohon itu, sandwich vietnam memang tidak murni lagi sebagai sandwich vietnam karena sudah disesuaikan dengan lidah Indonesia, dan tamu-tamu ekspatriat yang banyak berdatangan ke sana.
Menurut Ching-Ching (53), pemilik Cali Deli-Hot Vietnamese Sandwich & Coffee, penyesuaian itu harus dilakukan agar bisa diterima oleh lidah lokal sekaligus memperbaiki kualitas dari makanan itu sendiri.
”Misalnya saja saya memakai bahan-bahan yang benar-benar segar, tidak memakai vetsin, dan tidak berminyak. Daging ayam atau sapi yang kami pakai dipanggang untuk menghilangkan lemak-lemak yang berbahaya bagi kesehatan,” kata Ching-Ching.
Roti yang dipakai, baguette, berbeda dengan baguette prancis atau baguette vietnam. ”Baguette vietnam terasa lebih manis, sementara baguette kami tawar seperti baguette prancis. Namun baguette kami lebih renyah dibanding baguette prancis yang keras dan alot,” kata Ching-Ching berpromosi.
Uniknya, Cali Deli menyediakan cabe rawit merah bagi yang senang pedas.
”Kalau memakai saus sambal, cita rasa sandwichnya akan hilang. Saus sambal kan ada rasa manis, asin, asam, dan pedas. Sedangkan kalau pakai cabe rawit, yang dirasakan cuma pedas yang didapat tanpa mengubah rasa sandwichnya,” jelas Ching-Ching.